Sabtu, 23 Juli 2011

Sssttt, Ada yang Mengincarmu!

Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan Rasul (Muhammad) dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahNya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. 4: 59)
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a., “Rasulullah Saw pernah membuat garis dengan tangannya, lalu bersabda, ‘Ini jalan yang lurus’. Kemudian, beliau membuat beberapa garis di kanan-kirinya, lalu bersabda,‘Ini semua adalah jalan-jalan yang sesat, pada masing-masing jalan ini ada setan-setan yang mengajak untuk masuk ke sana’ ” (HR. Ahmad, An Nasa’i, dan Ad Darimi. Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Aliran sesat semakin berkembang di Indonesia. Satu per satu aliran sesat itu muncul ke permukaan dan terus menerus mengajak Umat Islam untuk keluar dari agamanya dan masuk dalam kelompok mereka. Sejak tahun 1980-an hingga tahun 2006, tercatat ada 250 aliran sesat yang mengatasnamakan Islam. Data ini didapat dari hasil penyelidikan Aliansi Ummat Islam (ALUMNI). Sungguh, angka yang cukup mencengangkan!
Sebut saja Ahmadiyah, sejak tahun 1889 telah berdiri di India, hingga kemudian pada tahun 1935 masuk ke Indonesia (ada juga yang menyebutkan tahun 1925). Aliran yang mengakui kenabian Mirza Ghulam Ahmad ini telah di cap sesat oleh MUI dalam fatwa MUNAS MUI VII tentang aliran Ahmadiyah. Bahkan, bukan saja oleh MUI, kekufuran aliran Ahmadiyah juga telah menjadi Ijma’ al Majani (kesepakatan bulat forum-forum ulama) di dunia Islam, seperti Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam fatwa Majma’ al-Fiqh al-Islami OKI dan melalui keputusan no. 4 (4/2) dalam Muktamar kedua di Jeddah, Arab Saudi, pada tanggal 10-16 Rabi’ al-Tsani 1406 H/ 22-28 Desember 1985.
Selain Ahmadiyah yang telah membumi, masih banyak aliran yang mengatasnamakan Islam, namun nilai-nilai yang dianutnya sangat jauh dari Alquran dan Sunnah, bahkan  bertentangan dengan Islam. Isu yang marak saat ini adalah NII atau biasa disebut N-11. Sebenarnya, NII telah ada sejak tahun 1949. Dikenal dengan nama Darul Islam (DI). Dalam sejarah, NII dinilai sebagai gerakan ilegal karena ingin mengubah semua sistem ketatanegaraan dengan sistem Islam. Ciri-ciri gerakan NII saat ini dapat kita lihat pada maklumat yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia, yaitu:
  1. Mengingkari rukun iman (iman kepada Allah, malaikat, kitab Suci, rasul, hari akhir, qadha dan qadar) dan mengingkari rukun Islam (mengucapkan dua kalimat syahadat, salat wajib lima waktu, puasa, zakat, dan haji);
  2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i (Alquran dan Sunah);
  3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran;
  4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran;
  5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir;
  6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sebagai sumber ajaran Islam;
  7. Menghina, melecehkan, dan atau merendahkan para nabi dan rasul;
  8. Mengingkari Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam sebagai Nabi dan Rasul terakhir;
  9. Mengubah, menambah, dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syari’ah, seperti haji tidak ke Baitullah, salat fardu tidak lima waktu;
  10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar’i, seperti mengkafirkan seorang Muslim hanya karena bukan kelompoknya.
Kondisi NII Saat Ini?
Ada tahapan proses yang harus dilalui oleh sang target untuk masuk ke dalam jamaah itu. Pertama, harus mengikuti apa-apa yang ditafsirkan oleh guru, kemudian keluar dari agama Islam yang selama ini dianutnya karena dianggap masih kotor. Selanjutnya, mereka dikader dalam kelompok-kelompok kecil yang tinggal dalam satu wilayah khusus, meninggalkan orang tua dan keluarga yang menurut mereka masih kafir, dengan kewajiban setiap orang untuk merekrut empat anggota baru dan juga iuran wajib sekitar Rp550.000,00 bagaimana pun caranya. Jelas, dalam hal ini nilai tersebut bertentangan dengan Islam.
Menafsirkan Alquran hanya boleh dilakukan oleh para mufassir yang memang ilmunya sudah memadai untuk menafsirkan. Merekalah alim ulama seperti Ibnu Katsir, dll. Ada pula tindakan takfir (mengkafirkan seseorang). Mereka menganggap semua yang di luar jamaahnya adalah kafir sehingga halal darah dan hartanya. Alasan inilah yang kemudian mendasari mereka untuk meninggalkan keluarganya dan bahkan mencuri uang keluarganya untuk membayar semua iuran wajib yang dibebankan kepadanya. Jelas, ini sangat bertentangan dengan Islam. Na’udzubillah min dzalik.
Siapakah Targetnya?
Bersiap-siagalah! Mungkin saja Anda yang menjadi targetnya. Atau mungkin Anda telah diincar sejak lama. Banyak kasus pengkaderan aliran sesat yang targetnya adalah para pemuda. Strategi yang mereka lakukan adalah pendekatan personal dengan cara mengikuti segala aktivitas sang target. Setelah berhasil mengakrabkan diri, target langsung diajak ke sebuah pengajian yang sangat tertutup dengan materi-materi yang membingungkan, bahkan dengan penafsiran Alquran semaunya. Selanjutnya, sang target terus diajak ke pengajian tersebut dengan perintah bahwa pengajian itu rahasia sehingga tidak boleh diberitahukan kepada siapapun, termasuk pada orang tuanya. Begitulah strategi mereka terhadap sang target, hingga kemudian mereka melancarkan proses pengkaderan seperti yang telah dibahas sebelumnya.
Bagaimana Menghindarinya?
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua hal, kalian tidak akan sesat jika berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah (Hadits)” (HR. Al Hakim. Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Jelaslah bahwa cara paling utama untuk menghindari ketersesatan adalah dengan berpegang teguh pada Alquran dan Alhadis. Sebagaiman ayat yang disebutkan di awal tulisan, Allah telah menyeru kita untuk kembali kepada-Nya dan Rasul-Nya jika terjadi perbedaan pendapat. Ketika masih diketuai oleh Prof. Buya Hamka, MUI menyerukan agar umat Islam, khususnya pemuda, pelajar, dan seniman yang sedang semangat mencari ilmu agama, menghindari aliran Islam Jamaah serta kembali meningkatkan kajian Alquran dan Alhadis.
Cara selanjutnya adalah mengenali ciri-ciri aliran sesat sehingga kita akan segera sadar saat menjadi target pengkaderan mereka. Perbanyak bergaul dengan orang yang mempunyai kapasitas ilmu agama yang baik agar selalu terjaga dalam lingkungan yang lurus. Selalu konsultasikan kepada ulama atau ustad jika menemukan keanehan. Kritis terhadap segala sesuatu yang mencurigakan juga merupakan salah satu cara menghindarinya. Terakhir, senantiasa berdoa kepada Allah agar selalu ditunjukkan jalan yang lurus, sebagaimana doa yang diajarkan Rasulullah, “Yaa muqollibal quluub, tsabbit qolbii ‘alaa diinik” (HR. Muslim), Artinya: “Ya Allah, zat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu”.
Wallahu a’lam bishshowab.
Oleh : Khairunnisa
dikutip dari : salam.ui.ac.id

0 komentar: