Wah kayak filmnya Mak Lampir aja pakai judul Misteri segala. Kita jadi ikutan serem nih. Bener, emangnya kenapa sih kok sampe dibuat judul begitu? Kita penasaran lho. Bener.Well, kita yakin deh kalo kamu semua sebetulnya udah pada
ngeh soal peringatan yang satu ini. Seperti biasa, yang punya kalender dan rasa nasionalismenya tinggi udah jauh-jauh hari dilingkarin tuh angka. Sebagai pengingat, bahwa tanggal tersebut adalah tanggal keramat bagi pemuda Indonesia.
Yap, setiap tanggal 28 Oktober kita selalu memperingatinya. Di sekolah dan kampus malah suka diadain acara yang intinya memberikan semangat buat para pemuda negeri ini. Maklum, bapak-bapak pejabat merasa bahwa para pemuda di jaman normal ini lagi pada melempem semangat kebangsaannya. Masih kudu dikomporin aja biar meleduk.
Kalo ditanya apa isi teks sumpah pemuda itu, kita yakin di antara kamu malah ada yang udah hapal banget. Meski ada juga teman kamu yang mengaku hal itu di luar kepala alias nggak ada di otak. Iya dong, gimana mau tahu, wong nggak ada filenya di otak.
Gimana teksnya? Ya, seperti yang diucapkan para pemuda dalam Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta dulu: 1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. 2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertanah air satu, tanah air Indonesia. 3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Itulah bunyi teksnya. Ada yang lupa atau malah nggak tahu? Walah, kayaknya banyak juga yang nggak inget, dan naga-naganya sih rada malu kalo harus tunjuk jari. Bener nggak? Nah, ketahuan deh kalo selama ini yang diapalin cuma teks lagu-lagunya Westlife, Dewa, Boyzone, The Corrs, Backstreet Boys, etc. Ehm...
Eh, ngomong-ngomong, kamu nyadar nggak sih dengan apa yang diinginkan para pendahulu kita itu? Kamu ngeh nggak sih dengan kejadian di balik lahirnya Sumpah Pemuda itu? Eh, apa sih makna Sumpah Pemuda buat kamu? Nah, sekarang kita kudu melakukan semacam penelitian ulang? terhadap sejarah. Emang sih, yang namanya sejarah nggak bisa diulang dan dibuktikan lewat eksperimen di laboratorium kayak pelajaran kimia, biologi, dan fisika. Bener kan? Coba aja, kalo kita pengen ngebuktiin kebenaran dari teori tentang gelombang transversal dan longitudinal. Itu perlu dibuktikan dengan percobaan. Waktu SMP dulu kita udah diberikan praktiknya. Masih inget nggak? Setelah dijelasin lewat praktiknya baru deh kita manggut-manggut, bahwa teori ama praktiknya kagak tulalit. Bener kan bisa dibuktikan kembali, meski penemuannya udah terjadi puluhan tahun silam. Begitupula dengan iptek lainnya.
Kalo sejarah? Wah, nggak bisa diulang Mas. Bener. Coba siapa yang bisa membuktikan kembali di laboratorium. Nggak ada yang bisa. Waktunya udah lewat. Selain itu emang sejarah bukan percobaan ilmiah. Lalu dari mana kita belajar mengetahui sejarah?
Begini sobat, untuk mengetahui kebenaran sejarah hanya bisa ditelusuri melalui tiga jalur; Pertama, catatan-catatan sejarah. Kedua, peninggalan-peninggalan sejarah. Dan ketiga, riwayat. Mengenai yang pertama, tidak boleh dijadikan sebagai sumber secara mutlak. Sebab catatan-catatan sejarah itu selalu dipengaruhi oleh situasi politik di setiap jaman dan senantiasa tercampur dengan kepalsuan, baik itu mendukung orang-orang tertentu di masa penulisannya, kemudian menentang orang-orang tersebut yang ditulis pada masa sesudahnya.
Akan halnya peninggalan sejarah, sesungguhnya apabila dipelajari dengan obyektif akan dapat menunjukkan suatu fakta sejarah. Sekalipun peninggalan-peninggalan sejarah itu tidak mampu membentuk rantai sejarah, akan tetapi dapat menunjukkan kepastian sebagian peristiwa.
Mengenai sumber ketiga, riwayat; adalah termasuk sumber-sumber yang layak dipercaya dan dapat dijadikan sebagai pegangan apabila riwayatnya benar. Persis dengan cara yang ditempuh dalam periwayatan sebuah hadis. Dengan cara seperti inilah hendaknya sejarah ditulis. Sebagai misal, apabila kita ingin mengetahui sejarah Rasulullah, maka akan lebih tepat tentunya bila yang jadi rujukan kita adalah “Sirah Rasulullah saw” karya Ibnu Hisyam misalnya.
Nah, khusus kasus Sumpah Pemuda ini, kita bisa ditelusuri dari: Apa tujuannya, dan bagaimana akibatnya? Benarkah Sumpah Pemuda bisa mempersatukan kita dalam kebenaran dan kebaikan? Betulkah bisa menjadi senjata untuk mempertahankan kehormatan dan kemuliaan? Apakah benar dan yakin bahwa ikatan yang dibangun itu bisa memberikan jaminan kebahagiaan di dunia dan akhirat? Well, kamu wajib tahu sobat. Sebagai pemuda Islam, kita emang kudu melatih dan membina diri kita untuk selalu terikat dengan aturan Islam. Dan pastikan bahwa apa yang kita lakukan cocok dengan ajaran Islam.
Dengan demikian, yang bisa dijadikan patokan dalam menelusurinya adalah catatan-catan sejarah yang dibuat oleh orang-orang yang berusaha untuk tidak menyembunyikan kebenaran sejarah. Sebab, kamu kudu yakin, bahwa perjalanan sejarah bangsa ini, banyak yang udah dimanipulasi sesuai kepentingan pemesannya. Oya, nggak cuma di negeri ini, di tempat lain pun, khususnya sejarah yang berkaitan erat dengan Islam sering diputar-balikkan faktanya. Jahat kan orang yang memusuhi Islam itu?
Ikatan yang rapuh
Kalo kamu disuruh memilih di antara dua pilihan; apakah akan menggunakan tali dari benang jahit atau tali dari kawat untuk mengikat kumpulan lidi menjadi sapu lidi? Yang waras akalnya tentu bakalan milih kawat dong buat ngiket lidi jadi sapu lidi. Bener nggak? Kenapa? Lebih kuat. Ya, itu jawabannya.
Kenapa Sumpah Pemuda diikat dengan ikatan yang rapuh? Begini ceritanya. Sebelum tahun 1928 pergerakan pemuda itu banyak banget. Beragam pula tujuan dan asasnya. Sebagai contoh, Jong Ambon, Jong Java, Jong Sumatera. Belum lagi pergerakan pemuda Islam yang emang menjadikan Islam sebagai ikatan di antara mereka. Namun, seperti sudah kita ketahui sejarahnya, mereka disatukan dalam ikatan yang lebih besar. Jadilah pemuda-pemuda yang tadinya tercerai-berai di berbagai daerah—termasuk yang menjadikan Islam sebagai tujuannya—bersatu dalam semangat Indonesia. Singkat cerita, jadilah para pemuda tempo doeloe ini diikat dalam ikatan nasionalisme; Indonesia. Tanah air, bangsa, dan bahasa yang satu, yakni Indonesia.
Wah, mulai ngomongin politik nih ya? Lho, emangnya nggak boleh? Boleh dong. Pemuda dan pemudi Islam wajib darpol dan darkum alias sadar politik dan sadar hukum. Asal jangan kadarkum alias kadang sadar kadang kumat. Ih, emangnya alumni RSJ?
Oya kamu perlu tahu juga dong, bahwa pengertian politik itu nggak melulu urusan pemerintahan dan kekuasaan seperti sangkaan banyak orang termasuk kamu tentunya. Nggak dong, dalam ajaran Islam, politik itu diartikan sebagai riayatusy syuunil ummah, alias pengaturan urusan ummat. Adapun pengaturan urusan ummat itu banyak banget, di antaranya aspek ekonomi (iqtishadi), pidana (uqubat), sosial (ijtima'i), pendidikan (tarbiyah) dan lain-lain. jadi nggak melulu soal pemerintahan kan? Apalagi kalo politik itu kamu artikan sebagai proses perebutan kekuasaan. Wah, kamu bisa diketawain semut tuh.
Oya, kita kembali ngomongin soal nasionalisme. Itu lho, ikatan yang menjadi pengikat dari Sumpah Pemuda. Nasionalisme itu ikatannya rapuh dan tabiatnya buruk banget. Bener lho. Makanya nggak layak untuk dijadikan pengikat di antara kita. Kenapa bisa begitu?
Pertama, karena mutu ikatannya rendah, sehingga tidak mampu mengikat antara manusia satu dengan manusia lainnya tatkala menuju kebangkitan dan kemajuan. Kedua, karena ikatannya bersifat emosional, yang selalu didasarkan pada perasaan yang muncul secara spontan dari naluri mempertahankan diri, yaitu untuk membela diri. Disamping itu sangat berpeluang untuk berubah-ubah, sehingga tidak bisa dijadikan ikatan yang lang?¬geng antara manusia satu dengan yang lain. Ketiga, karena ikatannya bersifat temporal, yakni muncul saat membela diri karena datangnya ancaman. Sedangkan dalam keadaan stabil, yaitu keadaan normal, ikatan ini tiada lagi berarti. Dengan demikian, tidak bisa dijadikan pengikat antara sesama manusia. Begitu teman-teman.
Sudah terbukti bahwa ikatan ini rentan banget terhadap goncangan. Kalau ada musuh, kita bangkit dan trengginas. Pas nggak ada ancaman dari musuh, kita adem ayem aja. Itu namanya ikatan yang nggak stabil. Udah gitu yang dibelanya juga suka nggak jelas dan amat rendahan. Bener, yang dibela itu paling-paling cuma urusan sepele dua pele. Penghinaan saat kalah main basket, kalah rebutan cewek favorit di sekolah. Atau dalam tataran yang lebih luas, bapak-bapak pejabat kita suka kelabakan saat negeri ini ada yang mengancam; embargo ekonomi, atau diancam akan dikasih “tongkat� oleh AS kalo nggak mendukung serangan mereka atas Afghanistan, atau pas ada invasi militer musuh ke negerinya..
Itu kalo lagi ada ancaman. Kalo lagi aman sejahtera? Lihat aja, kemana-mana juga enjoy aja berkendara mercy atawa BMW. Melupakan rakyat dan melupakan siapa musuh yang siap mengancam lagi. Nah, itu sebabnya, dalam Islam paham ini mendapat kritikan tajam dan dikasih label haram untuk digunakan sebagai ikatan. Jadi, Ashabiyyah itu artinya semangat golongan. Dan dalam faktanya, semangat golonganisme ini terdapat di dalamnya sukuisme dan nasionalisme.
Rasulullah saw, baginda kita bersabda saat akan berlangsung peperangan yang mengusung semangat antar golongan di antara kaum Muslim: "Wahai kaum muslimin, ingatlah Allah, ingatlah Allah. Apakah kalian akan bertindak seperti para penyembah berhala saat aku hadir di tengah kalian dan Allah telah menunjuki kalian dengan Islam; yang karena itulah kalian menjadi mulia dan menjauhkan diri dari paganisme, menjauhkan kalian dari kekufuran dan menjadikan kalian bersaudara karenanya?" (dalam kitab as-Sirah an-Nabawiyyah, karya Ibnu Hisyam)
Jadi, jangan sampe kita membela kelompok yang menyerukan semangat golongan. Padahal seharusnya kita membela kelompok, dimana dasar pembelaan kita adalah karena ikatan akidah Islam. Bukan yang lain. Sebab, inilah yang diperintahkan oleh Allah dalam firman-Nya:
واَعْتصِمُواْ بِحَبْلِ الله جَمِيْعًا وَلاَ تَفَـرَّقوُا وَاذْ كـُرُو نِعْمَتَ الله عَلَيْكُمْ إٍذْكُنْتُمْ أَعْـدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلـُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنْتُمْ عَلىَ شَفاَ خُـفْرَةٍ مِنَ النَّاِر فَأَنْقـَدَكُمْ مِنْهَا كَذَالِكَ يُبَبِّنُ اللهُ لَكُمْ اَيَاتِهِ لَعَلـَّكُمْ تَهْـتَدُونَ
ال عـمران 103
Berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai. Ingatlah akan nikmat Allah ketika kalian dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan hingga Allah mempersatukan hati kalian, lalu menjadilah kalian, karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian agar kalian mendapat petunjuk. (QS Ali Imran [3]: 103)
Jadi mulai sekarang yang wajib kita bela dan perjuangkan adalah Islam. Yang kita tegakkan adalah Islam. Jangan sampe kita membela gank atawa kelompok yang ikatannya bukan akidah Islam. Kita hidup dan mati hanya untuk Islam. Bukan untuk yang lain. Catet lho. Begitupun kalo kita bersumpah, pastikan bahwa apa yang kita ucapkan itu adalah sesuai dengan aturan main dalam ajaran Islam. Bukan semangat nasionalisme, sukuisme, atau semangat golongan lain. Begitu, sobat!
Nah, sekarang baru ngeh deh, misteri yang selama ini menyelimuti Sumpah Pemuda. Lagipula, cita-cita yang digembar-gemborkan itu nggak ada realisasinya, udah gitu rusak dan berbahaya lagi. Walah?
Well, sekarang kita buat ikrar yuk; Kami pemuda dan pemudi Islam, siap membela dan memperjuangkan Islam. Bergaya hidup islami dan bertakwa kepada Allah. Berjanji akan mempertahankan ikatan akidah Islamiyah sebagai persatuan di antara kami. Islam adalah mabda (ideologi) kami. Semoga Allah meridhoi langkah perjuangan kami. Amin.