Sabtu, 17 September 2011

Kumpulan Anekdot dan Kisah-Kisah Unik Aktifis Dakwah (semoga bisa tersenyum)

1. Bughot di demo Gus Dur

Pada pertengahan tahun 2001 yang lalu, Jakarta kembali dimarakkan oleh demo-demo anti Gus-Dur, baik di Gedung DPR, Bundaran HI maupun langsung ke Istana merdeka. Banyak elemen masyarakat dan mahasiswa yang bergabung untuk turun ke jalan dengan membawa berbagai nama. Dan semakin hari, aksi turun ke jalan ini semakin sering dengan jumlah yang kian hari kian meningkat. Fenomena seperti ini meresahkan sebagian kalangan Nadhliyin yang menganggap Gus Dur sebagai perwakilan dan lambang identitas dari NU. Yang terjadi kemudian adalah munculnya wacana bughot (istilah fikih untuk pemberontakan pada pemerintahan islam yang sah) dari sebagian ulama NU yang dituduhkan pada mereka yang melakukan aksi demo tersebut. Wacana yang disertai tuduhan ini pun berkembang dimana-mana, dari mulai siaran TV, media massa sampai diskusi pembahasan fikih. Oleh para ikhwan, yang memang paling aktif dalam melakukan demonstrasi ini, tuduhan tersebut dijawab dengan enteng dengan sebuah senyuman, " memang kita akui, bahwa sebagian besar dari kami adalah benar-benar seorang bughot, ya.. Bujangan berjenggot ! "

2. Pedagang Asongan pun tahu
Masih tentang demo anti Gus Dur, maraknya tuduhan bughot pada para demonstran membuat banyak masyarakat bertanya-tanya, siapa sebenarnya dan darimana datangnya para demonstran yang kian hari kian banyak dengan berbagai nama organisasi baru, selain organisasi yang jelas dan sudah lama eksis seperti KAMMI dan BEM SI. Tapi kebingungan seperti ini tidak melanda para pedagang asongan di sekitar bundaran HI dan istana merdeka. Mereka dengan jelas tahu persis siapa dibalik demo-demo ini. Seorang wartawan mencoba bertanya pada salah satu dari mereka.
" Anda tahu siapa sebenarnya dan darimana datangnya para peserta demo ini ?"
" Jelas kami tahu, mereka adalah orang-orang semacam KAMMI dan yang sejenis
itulah pokoknya ..! "
"Tapi, darimana anda tahu ? "
" Jelas kali, setiap kali mereka demo kami selalu dilanda kerugian, karena tak satupun dari peserta demo yang membeli rokok dari kami, dan hal ini tidak pernah kami alami, selain di demo yang dilakukan orang-orang KAMMI dan sejenis itu ."
" Oooo.. pantesan .."
3. Menentukan Hari Demo
Dalam situasi genting dengan perkembangan peta politik yang demikian cepat membuat setiap ikhwah harus siap siaga. Kapan pun dan dimanapun ada panggilan, mereka harus segera berangkat untuk ikut turun ke jalan, bahkan mungkin dengan persiapan seadanya. Ada cerita, seorang ikhwah semalaman sudah belajar karena ada ujian (kuis) esok harinya, tapi setelah subuh mendadak ada telpon panggilan demo. Akhirnya ujian pun ditinggalkan untuk menunaikan tugas tersebut. Inilah susahnya bagi para perancang demo, untuk menentukan jam dan hari demo yang tepat agar banyak peserta yang datang dan ikut Karena jika tidak, jumlah peserta yang sedikit akan melemahkan semangat peserta demo dan mengurangi kekuatan pressure mereka.
Ada satu keunikan bahwa di Jakarta demo paling sering dilakukan hari Jumat setelah Jumatan, biasanya kumpul di Al Azhar. Dan yang paling jarang bahkan tidak pernah dilakukan adalah pada hari Sabtu. Salah seorang penggerak demo ditanya masalah ini dan mengatakan, bahwa pernah dilaksanakan pada hari Sabtu, tapi ternyata pesertanya sangat sedikit sehingga menjadi kurang efektif. Ketika ditanya ada apa dengan hari sabtu, beliau menjawab,
" Hari sabtu itu hari liqo' nasional, kebanyakan ikhwah kita jadwal 'ngajinya' hari Sabtu, jadi demo boleh jalan, tapi ngaji juga tetap jalan terus..jangan sampai terganggu demo.."
4. Lagu-Lagu Demo
Masih tentang demo. Demonstrasi yang dilakukan para ikhwah pertengahan 2001 yang lalu memang agak unik. Dengan alasan pertimbangan keamanan, dalam demonstrasi para ikhwah di larang memperlihatkan segala atribut ataupun ciri keikhwahan. bahkan dianjurkan untuk tampil unik, gaul ataupun sedikit preman. Maka jangan heran kalau banyak di temui sosok-sosok ustad yang berpakaian sporty dan gaul. Dan keunikan pun muncul pada lagu-lagu yang ditampilkan. Kalau biasanya adalah lagu-lagu demo penuh nuansa perjuangan, maka pada kali ini banyak dipakai lagu-lagu jahiliyah yang diplesetkan. Ada lagunya Zamrud, Sheila On Seven, lagu dangdut sampai lagu Doraemon pun ikut diplesetkan. Entah darimana mendadak ikhwah kita hafal dan fasih dalam melantunkan lagu-lagu seperti ini. Tetapi masalahnya tidak berhenti di sini. Karena di saat yang sama, sebagaimana diceritakan oleh salah seorang al akh, bahwa dia pernah menjumpai sebuah demo tandingan yang dilakukan oleh Forkot dan elemen kiri lainnya. Ternyata dalam demo tersebut, mereka melantunkan lagu-lagu dengan nada nasyid-nasyid perjuangan milik Izzatul Islam yang juga diplesetkan !
Benar-benar sebuah gambaran pertarungan yang menyeluruh, sampai lagu demo pun ikut saingan !
5. Sebab Ketegangan
Peristiwa 11 September 2001 membuat perhatian dunia tertuju pada Amerika dan Afghanistan. Serangan membabi buta yang dilakukan Amerika mengundang reaksi keras dari seluruh muslim sedunia. Sedikitnya ada 2 negara besar yaitu Pakistan dan Indonesia, yang penduduknya merespon dengan demonstrasi yang besar-besaran dan tidak henti-hentinya.Di Indonesia, demonstrasi dilakukan oleh hampir semua elemen muslimin seperti GPI, FPI, FIS dan tak ketinggalan juga para ikhwah. Suatu demonstrasi dilakukan oleh sebagian ikhwah yang tergabung dalam KAMMI pada sekitar awal Oktober di depan gedung DPR/MPR. Ketegangan pun terjadi karena tuntutan untuk masuk tidak digubris oleh pihak keamanan, yang boleh masuk hanya perwakilan, padahal tentu semua tahu bahwa gedung itu adalah milik rakyat sendiri. Maka sebagian ikhwahpun yang sudah lama tidak berolahraga pun tergerak untuk menakut-nakuti polisi dengan menggerak-gerakan pintu masuk. Situasipun semakin panas karena, polisi sabhara pun tak membiarkan mereka masuk. Maka dorong-mendorong sangat dasyhat pun tak terelakkan, dan ketegangan pun terjadi dalam waktu yang cukup lama, namun pintu tetap tak terbuka. Sebagian ikhwah pun terus mencoba berunding, bahwa mereka akan masuk untuk ambil wudhu dan sholat Ashar saja, karena waktu ashar sudah tiba. Permintaan seperti inipun tetap tak digubris, akhirnya dengan nada putus asa seorang ikhwah dengan logat betawi berseru lantang, " Susah ..! polisinya kagak 'ngaji' sih, jadi kagak bakalan ngerti.coba kalo polisinya ikut 'ngaji' ..dari tadi pasti pintunya udah dibuka !" Sebagian ikhwah yang ikut mendengar tersenyum simpul dan membenarkan dalam hati.
6. KAMMI Ganti Nama
Setiap kali Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) berdemo dan melakukan long march, maka yang akan banyak terlihat adalah barisan putih panjang yang terdiri dari para ABG ( Akhwat Berjilbab Gede) , yang dikelilingi oleh sedikit ikhwan sebagai boarders. Dari sini jelas terlihat bagaimana perbandingan jumlah ikhwan dan akhwat yang terlampau mencolok. Dan repotnya hal seperti berlangsung terus di demo-demo yang lain. Yang akhirnya membikin ciri khas khusus bagi demonstrasi yang dilakukan KAMMI, yang seolah-olah menggambarkan bahwa KAMMI hanya milik para akhwat. Akhirnya muncul usulan dari para ikhwan untuk mengganti nama KAMMI menjadi KAMMMI, karena alasannya sesuai sejarahnya, pertama kali pada jatuhnya orde baru tahun 1966 ada yang namanya KAMI dengan satu huruf M, kemudian disusul pada bangkitnya orde reformasi muncul KAMMI dengan dua huruf M. Maka sesuai perkembangan terakhir sekarang dimunculkan KAMMMI dengan tiga huruf M yaitu Kesatuan Aksi Mahasiwa Muslim Muslimah Indonesia.
7. S-2 dan S-3
Maraknya dakwah di Ibukota sangat mengharukan hati. Di kampus-kampus umum, sekolah dan masjid-masjid perumahan sering diadakan kegiatan-kegiatan dakwah yang beraneka ragam. Dari mulai ceramah biasa, diskusi remaja, pemutaran film, bedah buku, bazaar sampai ke tabligh akbar, semuanya semakin menambah marak kesejukan suasana Ibukota yang sudah penuh sesak. Semua ini kemudian diikuti dengan bertambahnya kebutuhan akan juru dakwah. Tapi kita tidak perlu khawatir, karena banyak sekali aktivis dakwah kita yang masih muda, baru S-1 ataupun masih kuliah yang sudah mendapat gelar Phd dan MBA. Dan ini banyak kita temukan di kampus-kampus. Gelar Phd ini disematkan bagi mereka yang benar-benar 'Pakar Halaqoh dan Dauroh', sedangkan MBA untuk 'Murobby Banyak Akal !' Ini di bidang dakwah, kadang ada juga istilah lain yang dipakai untuk menyindir sampai dimana 'proses' seorang ikhwan, seperti MBA dari 'Murobby Belum Acc' , dan MBM dari 'Murobby Baru Mencarikan', atau kalau sudah selesai prosesnya bisa disebut MBM juga, yaitu 'Married By Murobby.!'
Ada juga gelar yang sudah cukup masyhur di kalangan aktivis dakwah yang di peruntukkan bagi lulusan Timur Tengah ataupun LIPIA, yaitu Lc. Tapi gelar Lc ini ternyata sekarang banyak dipakai oleh para aktivis muda kita, tapi yang ini berarti 'Langsung Ceramah'.Dan kabarnya pula Xanana Gusmao, Presiden Timor Lorosae juga punya gelar Lc juga, yaitu 'Lulusan Cipinang'.
8. Berbeda tapi ternyata sama
Seorang Akhi di UNS mendadak harus pulang ke kota kecilnya di belahan utara pulau Jawa, karena ayahnya dikabarkan masuk rumahsakit. Sebuah fenomena memang kalau di sebuah kota kecil yang tidak ada kampus ternamanya biasanya tidak banyak memiliki stock ikhwan ataupun akhwat. Tapi di rumah sakit, tepatnya di bagian mushollanya, pada waktu itu dengan firasat ikhwannyanya al-akh ini berhasil menemukan seseorang yang 'disangkanya' seorang ikhwan pula. Tapi keraguan itu membuatnya bertanya dengan malu-malu, "Assalamualaikum wr wb, Langsung saja Mas.. antum Ikhwan khan ? ". Yang ditanya sempat kaget, lalu tersenyum dan memjawab, " Apa? bakwan ! eh..ikhwan ? Maaf bukan mas, saya dulu di JT tapi sekarang saya mantep di HT, insya Allah , ". Dengan agak malu karena sok tahu, akh kita ini minta ijin untuk undur diri sambil menyalahkan firasat ikhwaniyahnya yang gagal kali ini. Tapi sebelum ia beranjak, orang tadi memanggilnya kembali,
" Afwan Akhi, saya dulu memang di JT tapi ini Jamaah Tarbiyah bukan Jamaah Tabligh lho.."
" Terus kenapa sekarang masuk HT ?"
" Iya, dari dulupun saya ikut HT, Halaqoh Tarbiyah ..!"
"Oooo..sama semua ya..ternyata"
9. Nama Lain Ngaji
Pada suatu malam Ahad, seorang Akhi yang baru memulai sejarah dakwahnya pamit pada temannya se kostnya untuk pergi 'ngapel' ke rumah seorang teman. Teman se-kost itu yang kebetulan juga seniornya sangat khawatir dengan aktivitas 'anak baru' tersebut. Kemudian dengan diam-diam ia mengikuti langkah sang Akhi tersebut, yang ternyata masuk ke dalam seorang rumah ustad. Dan setelah ditunggu sekitar dua jam, akhirnya sang Akhi tersebut keluar dengan wajah penuh keceriaan. Sang Senior yang sudah penasaran dari tadipun langsung menginterogasinya,
" katanya ngapel, kok di rumah ustad ? "
" Ya Mas, yang ini bukan ngapel pacaran, tapi ngapel singkatan dari 'ngaji pelan-pelan' alias liqo' ".
Begitulah, sesuai dengan situasi dan kondisi di suatu tempat kadang-kadang digunakan bahasa lain untuk lebih menyamarkan atau mengakrabkan aktivitas yang satu ini. Kalau di lingkungan kampus biasanya dikenal istilah Mentoring atau Asistensi, Di Yayasan Iqro' club yang menangani anak-anak STM di Jakarta menyebutnya dengan DSL (Dakwah Sistem Langsung), beberapa ikhwan lain menyebutnya dengan istilah 'Les Privat' ataupun 'kencan mingguan',dan ada juga yang bikin istilah keren yang sama dengan sebuah paket acara televisi di Indosiar yaitu KISS (Kisah tentang Selebritis), tapi KISS yang ini berarti Kajian Islam Seminggu Sekali, ada juga yang menyebutnya Kajian Islam Sabtu sore, Senin Sore, Selasa Sore, atau Sabtu Siang, dan seterusnya.
10. Simatupang dan Situmorang
Dua dari sepuluh karakteristik ideal seorang dai adalah 'Qowiyyul Jismi' dan 'Harisun ala waqtihi'. Idealnya seorang yang beraktifitas di jalan dakwah memang harus mempunyai ciri tersebut. Tapi ada cerita unik, tentang dua orang ikhwan yang kebetulan tinggal satu kamar di sebuah rumah kost-kostan. Keduanya kuliah di kampus yang sama, jurusan yang sama, dan kebetulan sama-sama bergabung dalam LDK (Lembaga Dakwah Kampus ) yang ada di kampusnya. Tapi yang menjadikannya berbeda adalah dari segi jam terbang dakwahnya.
Sebut saja akhi A, beliau setiap hari hampir jarang ada di kamarnya. Berangkat pagi hari habis sholat Subuh, kemudian sore pulang sebentar untuk ngambil sesuatu dan mandi, kemudian pergi lagi dan pulang sampai larut malam, itupun tidak setiap hari beliau pulang. Belum lagi kalo pas hari libur atau sedang kosong , tiba-tiba ada panggilan dakwah, maka beliau langsung pergi lagi walaupun jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam. Itu cerita tentang si A. Lain lagi dengan temen sekamarnya si B, beliau paling sering kelihatan di rumahnya, atau lebih tepatnya di kamarnya, atau lebih pasnya lebih sering kelihatan tidurnya. Pagi berangkat kuliah sebagaimana biasa, dan siang pulang kemudian di rumah terus sampai esoknya lagi, kecuali satu hari saja untuk 'aktivitas ngaji' di rumah seorang ustad. Perbedaan yang sangat frontal ini konon mendapat perhatian yang cukup serius dari ikhwah lainnya yang tinggal sekontrakan dengan mereka berdua. Akhirnya, walaupun keduanya bukan dari tanah Batak, mereka sepakat memberi nama marga di belakang nama mereka yang satu Simatupang untuk akhi A, yang berarti ' Siang-malam tunggu panggilan' karena aktivitas dakwahnya yang begitu padat. Sedangkan untuk si Akhi B diberi gelar Situmorang, yang berarti ' Si ikhwan tukang molor doang !"
11. JAMES BOND ala ikhwah
Sudah menjadi fenomena umum bagi seorang ikhwah mahasiswa yang kuliah di kota besar semacam Jakarta, bagaimana sulitnya mencari sebuah kamar kost yang layak pakai fasilitas lengkap, situasi mendukung untuk dakwah sekaligus nyaman untuk belajar, deket kampus, dan tentu saja yang paling murah, istilahnya 'harga mahasiswa'. Maka beruntunglah, karena ternyata banyak masjid di Jakarta, yang juga deket dengan kampus yang menyediakan sebuah tempat khusus bagi satu dua mahasiswa untuk tinggal di situ sekaligus ikut berpartisipasi dalam memakmurkan masjid. Maka sebagian dari mereka ada yang menjadi petugas muadzin, ada pula yang menjadi imam tetap, ada pula yang mengajar TPA dan mengisi kajian Ibu-Ibu. Dan alhamdulillah, tidak jarang kemudian Takmir Masjid memberikan uang kompensasi bulanan sebagai pengganti waktu dan jerih payah mereka. Tapi meskipun demikian ada juga beberapa mahasiswa lain yang ikut membantu kebersihan masjid, dan berfungsi ganda sebagai petugas kebersihan masjid atau yang biasa dikenal dengan istilah marbot. Mereka - mereka yang disebutkan tadi, dengan bangga menyebut profesi ini dengan istilah 'James Bond', yang berarti ' Jaga Mesjid dan Kebon' !

diambil dari notes facebook: adie supriyadi(mas'ul LDK KMA)

0 komentar: