Oleh Ustadz Muhammad Arifin Ilham
Belum terlambat jika kita ingin mengevaluasi tentang kesuksesan Ramadhan yang baru dua pekan lebih meninggalkan kita ini. Di antara ukuran kesuksesan penempaan Ramadhan ada pada empat amalan berikut ini. Jika terjaga dan apalagi meningkat, insya Allah, sukseslah Ramadhannya. Dan, boleh jadi dialah yang paling berhak menyandang gelar al-muttaqiin, orang yang bertakwa. (QS al-Baqarah [2]: 183).
Pertama, tetap mau berpuasa. Karena kita berada pada bulan syawal, puasa yang dimaksud adalah puasa sunah enam hari di bulan Syawal. Bulan yang menyimpan arti dan pesan luhur sebagai bulan peningkatan amal. Abu Ayyub al-Anshari ra meriwayatkan, Nabi SAW bersabda, "Barang siapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun." (HR Muslim).
Hadis tersebut tidak semata-mata dilihat dari sudut pandang bilangan puasa yang hanya enam hari, tapi juga dilihat dari sudut pandang puasanya. Puasa Syawal merupakan salah satu bukti nyata amal saleh berupa puasa yang terus berlanjut, tidak menurun.
Syawal adalah kelanjutan Ramadhan, baik dalam keterkaitan bulan-bulan Hijriah (Qamariah) maupun kelanjutan amal-amal saleh. Semangat kita dalam beramal saleh, baik itu yang sifatnya ibadah personal maupun sosial, tidak boleh kendur. Maka, amalan yang kedua sebagai ukuran kesuksesan Ramadhan adalah tradisi tadarus (membaca) Alquran. Kebiasaan membaca Alquran ini minimal harus terjaga, syukur-syukur meningkat.
Membaca Alquran menunjukkan sikap kecintaan seorang Muslim kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan membaca Alquran, seorang Muslim berarti berkomunikasi dengan Allah. Selain itu, pembaca Alquran akan diberi reward (balasan) 10 kebaikan dari setiap satu huruf yang dibaca. Dari Alquran yang dibaca, maka pembacanya akan terbimbing oleh petunjuk-Nya, di antaranya berupa keadaan hati yang tenang, pikiran yang jernih, dan amalan yang terjaga. Bila terbiasa membaca Alquran, pembicaraannya penuh hikmah sehingga orang mau mendengar. Jika berdoa, tidak ada penghalang. Melazimkan Alquran akan dapat syafaat sakaratul maut, baik di alam kubur maupun di akhirat kelak.
Amalan ketiga adalah shalat malam. Di bulan Ramadhan kita telah terbiasa shalat tarawih. Oleh karena itu, di bulan Syawal dan di bulan-bulan berikutnya tahajud bisa menjadi amalan primadona dan khas untuk aktivitas malam kita. "Pada malam hari, hendaklah kamu shalat tahajud sebagai ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." (QS al-Isra [7]: 79).
"Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunah di waktu malam." (HR Muslim). "Sesungguhnya pada waktu malam ada satu waktu. Dan seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan di dunia maupun di akhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan memberinya. Dan, itu berlaku setiap malam." (HR Muslim).
Keempat, sedekah. Sedekah merupakan penolak bala, penyubur pahala, dan melipatgandakan rezeki; bagai sebutir benih yang ditanam akan menghasilkan tujuh cabang, yang pada tiap-tiap cabang itu terjurai seratus biji (QS al-Baqarah [2]: 261). Selain itu, seorang hamba akan mencapai hakikat kebaikan dengan sedekah (QS Ali Imran [3]: 92).
Belum terlambat jika kita ingin mengevaluasi tentang kesuksesan Ramadhan yang baru dua pekan lebih meninggalkan kita ini. Di antara ukuran kesuksesan penempaan Ramadhan ada pada empat amalan berikut ini. Jika terjaga dan apalagi meningkat, insya Allah, sukseslah Ramadhannya. Dan, boleh jadi dialah yang paling berhak menyandang gelar al-muttaqiin, orang yang bertakwa. (QS al-Baqarah [2]: 183).
Pertama, tetap mau berpuasa. Karena kita berada pada bulan syawal, puasa yang dimaksud adalah puasa sunah enam hari di bulan Syawal. Bulan yang menyimpan arti dan pesan luhur sebagai bulan peningkatan amal. Abu Ayyub al-Anshari ra meriwayatkan, Nabi SAW bersabda, "Barang siapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun." (HR Muslim).
Hadis tersebut tidak semata-mata dilihat dari sudut pandang bilangan puasa yang hanya enam hari, tapi juga dilihat dari sudut pandang puasanya. Puasa Syawal merupakan salah satu bukti nyata amal saleh berupa puasa yang terus berlanjut, tidak menurun.
Syawal adalah kelanjutan Ramadhan, baik dalam keterkaitan bulan-bulan Hijriah (Qamariah) maupun kelanjutan amal-amal saleh. Semangat kita dalam beramal saleh, baik itu yang sifatnya ibadah personal maupun sosial, tidak boleh kendur. Maka, amalan yang kedua sebagai ukuran kesuksesan Ramadhan adalah tradisi tadarus (membaca) Alquran. Kebiasaan membaca Alquran ini minimal harus terjaga, syukur-syukur meningkat.
Membaca Alquran menunjukkan sikap kecintaan seorang Muslim kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan membaca Alquran, seorang Muslim berarti berkomunikasi dengan Allah. Selain itu, pembaca Alquran akan diberi reward (balasan) 10 kebaikan dari setiap satu huruf yang dibaca. Dari Alquran yang dibaca, maka pembacanya akan terbimbing oleh petunjuk-Nya, di antaranya berupa keadaan hati yang tenang, pikiran yang jernih, dan amalan yang terjaga. Bila terbiasa membaca Alquran, pembicaraannya penuh hikmah sehingga orang mau mendengar. Jika berdoa, tidak ada penghalang. Melazimkan Alquran akan dapat syafaat sakaratul maut, baik di alam kubur maupun di akhirat kelak.
Amalan ketiga adalah shalat malam. Di bulan Ramadhan kita telah terbiasa shalat tarawih. Oleh karena itu, di bulan Syawal dan di bulan-bulan berikutnya tahajud bisa menjadi amalan primadona dan khas untuk aktivitas malam kita. "Pada malam hari, hendaklah kamu shalat tahajud sebagai ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." (QS al-Isra [7]: 79).
"Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunah di waktu malam." (HR Muslim). "Sesungguhnya pada waktu malam ada satu waktu. Dan seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan di dunia maupun di akhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan memberinya. Dan, itu berlaku setiap malam." (HR Muslim).
Keempat, sedekah. Sedekah merupakan penolak bala, penyubur pahala, dan melipatgandakan rezeki; bagai sebutir benih yang ditanam akan menghasilkan tujuh cabang, yang pada tiap-tiap cabang itu terjurai seratus biji (QS al-Baqarah [2]: 261). Selain itu, seorang hamba akan mencapai hakikat kebaikan dengan sedekah (QS Ali Imran [3]: 92).