Kamis, 25 Agustus 2011

Lailatul Qadar: Sang Malam Yang Tersembunyi


Foto: wahjoesapoetro.student.fkip.uns.ac.id


Sungai akan terasa berhenti mengalir dan langit akan terlihat lebih cerah. Suasana subuh terasa lebih hangat dari biasanya. Tak dinyana, pun segerombolan orang yang berbaju putih lalu-lalang tersaji dalam pandangan.
Kondisi-kondisi di atas, kata seorang teman, merupakan pengalaman beberapa orang yang mengklaim telah menemukan lailatul qadar. Lailatul qadar seakan menjadi sebuah momen yang sungguh sakral lagi langka.
Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan lailatul qadar itu?
Lailatul qadar terdiri dari dua kata: “lailah”yang artinya ‘malam’; “qadr”  yang artinya ‘kemuliaan’. Gabungan dua kata ini berarti “malam kemuliaan”. Karena itu, kita tidak menyebut “malam lailatul qadar” karena berarti ada kata “malam” yang berulang; “malam lailatul qadar” = “malam-malam qadar.”
Lailatul Qadar disebut dalam Alquran dalam surat Al-Qadr.
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada lailatul-qadar. 2. Dan tahukah engkau apakah lailatul-
qadar itu? 3. Lailatul-qadar itu lebih baik dari seribu bulan. 4. Malaikat dan Ruh (Jibril) turun padanya dengan izin Tuhannya membawa segala perintah. 5. Sejahteralah malam itu sampai terbit fajar.
Lailatul Qadar, terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari).
Ada yang berpendapat bahwa lailatul qadar adalah malam kedua puluh tujuh, sebagaimana ditegaskan oleh Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu.
Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana dikatakan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari bahwa lailatul qadar itu terjadi pada malam ganjil pada sepuluh malam terakhir dan waktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun.
Mungkin pada tahun tertentu terjadi pada malam kedua puluh tujuh,  mungkin juga pada tahun yang berikutnya terjadi pada malam kedua puluh lima. Ini tergantung kehendak dan ketetapan Allah Ta’ala. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salla.Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.”  (HR. Bukhari)
Hikmah yang dapat diambil, Allah menyembunyikan malam qadar agar hamba-Nya mencarinya setiap malam. Oleh karena itu, selayaknya seorang muslim menghidupkan malam-malam terakhir dengan berbagai  ibadah untuk mendapatkan lailatul qadar, di antaranya:
  1. I’tikaf
    Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha; bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terbiasa i’tikaf pada malam terakhir bulan Ramadan sampai Allah mewafatkan beliau. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
  2. Menghidupkan malam dengan ibadah dan membangunkan keluarga untuk beribadah
    Dari Aisyah radhiallahu ‘anha; bahwa ketika masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membangunkan keluarganya, menghidupkan malam-malamnya, dan mengencangkan sarungnya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
  3. Mandi, berhias, dan memakai minyak pada waktu antara Maghrib sampai Isya
    Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa ketika bulan Ramadan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang tidur dan bangun beribadah. Akan tetapi, ketika masuk 10 hari terakhir, beliau mengencangkan sarungnya, menjauhi istri-istrinya, dan mandi pada waktu antara maghrib sampai isya. Ibnu Jarir mengatakan, “Dahulu, para sahabat menganjurkan untuk mandi setiap malam pada sepuluh malam terakhir.”
Lalu, bagaimana ciri-ciri Lailatul Qadar? Berikut hadists-hadists terkait.
  • Dari Ubay ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), “Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tanpa sinar menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi.” (HR Muslim 762).
  • Dari Abu Hurairah, ia berkata: Kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda (yang artinya), “Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan, seperti syiqi jafnah (setengah bejana).” (HR Muslim 1170)
  • Dan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), “(Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas, dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan.” (HR Thayalisi (349), Ibnu Khuzaimah (3/231), Bazzar (1/486), sanadnya hasan).
  • Dari Watsilah bin al-Asqo’ dari Rasulullah SAW: “Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang, dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)” (HR. at-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan).
Bagaimana jika kita mengalami Lailatul Qadar? Sabda Rasulullah, kita dianjurkan untuk berdoa.  ‘Aisyah ra bahwa dia bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku tahu suatu malam dari lailatul qadr, apa yang harus aku baca pada malam tersebut? Beliau bersabda: “bacalah:
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai ampunan, maka ampunilah aku.” (Riwayat Imam Lima selain Abu Dawud.)
Jadi, selamat berburu sang malam yang mulia!***
* Dari berbagai sumber

0 komentar: